"Kami rindu kan keadilan"

Benar aku dikepungi pagar hidup yg sementara. tapi aku tidak duduk di atas pagar. atau di dalam pagar yang itu, pagar parti-parti politik yg penuh dgn disiplin, seragam aturan, bentukan tunggal, pendapat muktamad dan akhirnya hanya kacau bilau. biarkan kita semua hidup di dalam pagar hidup yg sementara itu saja. itu sudah mencukupi.bila-bila masa ia akan datang. apapun sebabnya, jika telah sampai waktunya tak akan dapat dielak.

politik kita adalah politik cinta taat setia dan benci pada kerja2 derhaka, atau perebutan kasih dan sayang. tapi kata Yunos Ali, inilah pertentangan dunia fikiran dan dunia kenyataan, mengingatkan aku pada teks Jihad dan Syahadat, syarahan Ali Shariati, pemikir intelektual Revolusi Menumbangkan Diktator Boneka Amerika Syarikat, Shah Iran.

begitu dia bersembang dalam bual malam kami yg panjang, tentang lirik dan lagu, tentang Singapura, kota pertemuan budaya Nusantara, di tahun-tahun sebelum perang dunia pertama hinggalah terpisahnya pulau Temasek dari semenanjung Tanah Melayu. dunia khayal mimpi masa depan dan dunia bangunan mencanak berdiri. ya, politik mereka perpaduan, biar yg terlihat hanyalah perpecahan. politik kita adalah sumbangsih, seperti judul lagu nyanyian M.Bakri, ciptaan Zainal S. Abbas:


Oh sumbangsih jiwa kecewa Nada kasih lagu bahgia Nan kurindu masa ke masa Tapi kecewa dilanda derita Oh rembulan tempat mengadu Kami insan dahaga rindu Ingin bersatu hidup bersama Mengenang cinta mu yang mulia ( korus ) Kini semua hancur dan musnah Niat bercantum badan berpisah Kembang mawar beri pada mu Lambang kita pasti bersatu Oh sumbangsih hati ke hati Nada rindu luhur sejati Kami insan rindu percantuman Kami rindukan keadilan ( ulang dari korus hingga akhir )