Selagi wain dan kedai arak masih ada kewujudan,
Di hadapan Guru, ke atas tanah kepala kutundukkan.
Kepada Guru tua, selamanya aku terikatkan,
Telah sering, akan selalu, bergembira sakan keriangan.
Jika nanti kau melewati kuburku, pintalah kerahmatan,
Ini adalah makam suci tempat para pemabuk bergelimpangan.
Orang-orang soleh yang berkhidmat untuk dirinya sendiri tak boleh melihatnya,
bahawasanya ia terselindung dan dengan mata tak dapat ditemukan.
Kekasihku yang tercinta meninggalkan kami di tengah-tengah hari ini,
airmataku meluncur tanpa henti, dadaku bergetar terus berdegupan.
Dan apabila aku pergi bersemadi di dalam kuburanku,
Sehingga kebangkitan, jiwaku yang risau akan mengacau.
Hafiz tolong bantu, atau kalau tidak takdir bakal memeranjatkan,
Ikal rambut sang Kekasih di lengan orang lain mungkin melukakan.
http://www.hafizonlove.com/divan/05/205.htm
As long as wine and tavern are around,
Before the Master, I bow to the ground.
To the old Master, eternally I am bound,
Have always been, will always be, on this merry-go-round.
When you pass by my tomb, ask for grace,
It’s a shrine where the drunkards abound.
The self-serving pious can’t see this
That is veiled and with eyes can’t be found.
My lovely beloved left our midst on this day,
My tears ceaselessly flow, ceaselessly my chest I pound.
And when I go to sleep in my grave,
Until awakening, my concerns soul will hound.
Hafiz please help, or else fate will astound,
Beloved’s locks around arms of others may be wound.
© Shahriar Shahriari
Los Angeles, Ca
April 13, 1999
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment