Antologi puisi Sahabatku, menampilkan 12 buah karya puisi penyair sasterawan negara Dato (Dr) Usman Awang dalam 5 bahasa (Melayu, Inggeris, Mandarin, Tamil, Iban). Untuk memesannya bolehlah mengunjungi laman http://www.usmanawang.com.my/
dibawah ini dicilok puisi berjudul Sahabat, kata-kata yang kekal relevan hingga ke hari ini, yang ditulis beliau pada hujung 70 an, awal 80an:
Sahabatku
(Kepada Dr. M.K. Rajakumar)
MENEMUIMU ketika remaja dulu
ketika kemarahan rakyat bermula
di kota raya yang memancarkan suara-suara baru
aku mengenali sekumpulan generasi mahasiswa
dalam keghairahan mengenggam idealisme
menolongku memperteguh keyakinan
persahabatan dan persamaan rakyat
impian mewujudkan suatu dunia baru.
Lama masa berlalu
pengalaman dan usia mengajar kita
betapa ideal mimpi alam remaja
memetik bintang-bintang di cakerawala
dengan jari dan puisi
dengan buku dan teori
tanpa membakar tangan
tanpa menghanguskan badan.
(Kini pun masih kutemui lagi
orang-orang muda yang setengah berani
sesekali datang membisikkan impian
untuk membakar bintang menjolok bulan;
aku seperti memutar kembali
pita rakaman silam).
Sahabatku,
Suatu bangsa merdeka yang kita impikan
terasa masih jauh dari kenyataan
kemarahanku menjadi kepedihan
bila kita dipisah-pisahkan
jarak itu semakin berjauhan.
Aku dapat gelaran "bumiputera" dan kau bukan.
ii.
Di klinikmu masih kutemui keramahan
ketika jantungku hampir dilumpuhkan
engkau pertama mendengar degupannya
menyukat tekanan darah di salur nadi
melihat paru-paru tuaku kehitaman bersawang.
Asap rokok yang sangat kau benci.
Percayakah?
Aku dapat pula mendengar detak jantungmu
detak jantung yang dulu
kehidupan baru masyarakat baru
impian suatu bangsa merdeka
kebenaran dan keadilan yang sama
sebagaimana pesan nenek moyang:
'Hati kuman sama dicicah
Hati gajah sama dilapah'.
Bilakah kita dapat memadamkan
perbezaan keturunan yang kian membakar kita
dan membiarkan curahan minyak yang kian menyala
oleh mereka yang sering bermuka dua?
Bilakah kita dapat mempertaruhkan nasib
anak-anak kita yang tak berdosa
dan generasi akan datang keturunan kita
menjadi mangsa keturunan yang berbeza
oleh mereka yang mementingkan laba dan kuasa?
Bilakah kita dapat menembusi jurang perbezaan
kemiskinan dan kelaparan dengan kekayaan berlebihan
antara dua golongan darjat masyarakat
suatu janji dari erti kemerdekaan?
Bilakah semua warga mendapat hak
layanan dan keadilan yang sama
dikenal dengan satu rupa nama:
Bangsa Malaysia?
Usman Awang
1979/1983
terjemahan oleh sasterawan negara, Muhammad Haji Salleh
My Friend
(for Dr M.K. Rajakumar)
Meeting you then, in youth
when the anger of people began to flare up
in the city that broadcasted new voices
I recognized a new generation students
passionately embracing idealism
while assisting me to strengten beliefs
of the people's unity and equality
dreaming of a new world.
How time passes,
experience and age has taught us
how ideal the dreams of youth
that picked the stars of the universe
with fingers and poetry
with books and theories
hands burning other hands
without charring the body.
(I still see, even now,
youths, half-brave
occasionally come to whisper their dreams
to burn the stars and pick the moon;
as though I was replaying
tapes from the old past).
My friend,
a free people that we dreamt of
is still far from the real
my anger turns to bitterness
when we are divided
space becomes enormous
I am called "bumiputera" and you aren't.
II
In your clinic, I still find hospitality
while my heart was almost paralysed
you were the first to listen to its rhythm
to measure the blood's pressure in the pulse channel
to see my old lungs, black, meshed
by the cigarette smoke that you detested.
Do you believe me?
I could begin to hear your heart beat
the old heart beats
a new life for a new people
a dream of a free nation
a common truth and justice
as in the saying of our forefathers:
"To share the tiniest morsel
to savour together, the biggest."
When will we ever extinguish
the differences that are burning us
and stop the oil flow that burns higher
by hypocrites?
When will we be able to ensure
our innocent children's future
and those who come after us
are lineage victims
of those who count profit and power?
When shall we able to bridge this difference?
Poverty and hunger with overflowing wealth
between two social ranks
a single promise from meaning of freedom.
When will all citizens have equal rights
service and justice
known by a single name:
Malaysian?
No comments:
Post a Comment