SERAT KALATIDHA (zaman yang penuh keraguan-keraguan)
1.Keadaan negara waktu sekarang,
sudah semakin merosot.
Situasi (keadaan tata negara) telah rosak, kerana
sudah tak ada yang dapat diikuti lagi.
Sudah banyak yang meninggalkan
petua-petua/aturan-aturan lama.
orang cerdik cendiakiawan terbawa arus Kala Tidha.
Suasananya mencengkam.
Kerana dunia penuh dengan kekacauan.
2.Sebenarnya rajanya termasuk raja yang baik,
Patihnya juga cerdik,
semua anak buah hatinya baik,
para pemimpin masyarakatnya baik,
namun segalanya itu
tidak menciptakan kebaikan.
Oleh kerana daya zaman Kala Bendu.
Bahkan kekacauan-kekacauan makin menjadi-jadi.
Lain orang lain pikiran dan maksudnya.
3.Waktu itulah
perasaan sang Pujangga menangis,
penuh kesedihan,
mendapatkan hinaan dan malu,
akibat dari perbuatan seseorang.
Tampaknya orang tersebut memberi harapan menghibur
sehingga sang Pujangga
kerana gembira hatinya
tidak waspada.
4.Persoalannya hanyalah kerana khabar angin yang tiada menentu.
Akan ditempatkan sebagai pemimpin
tetapi akhirnya sama sekali tidak benar,
bahkan tidak mendapat perhatian sama sekali.
Sebenarnya kalah direnungkan,
apalah gunanya menjadi pemuka/pemimpin ?
Hanya akan membuat kesalahan-kesalahan saja.
Lebih-lebih bila ketambahan lupa diri,
hasilnya tidak lain hanyalah kekacauan.
5.Menurut buku Panitisastra (ahli sastera),
sebenarnya sudah ada peringatan.
Di dalam zaman yang penuh kekacauan dan kebatilan ini,
orang yang berbudi tidak terpakai.
Demikianlah jika kita meneliti.
Apakah gunanya meyakini khabar angin
akibatnya hanya akan menyusahkan hati saja.
Lebih baik membuat karya-karya
kisah zaman dahulu kala.
6.Membuat kisah lama ini dapat dipakai kaca benggala,
guna membandingkan perbuatan yang salah dan yang betul.
Sebenarnya banyak sekali contoh -contoh dalam
kisah-kisah lama,
mengenai kehidupan yang dapat mendinginkan hati,
akhirnya redha "nerima"
dan menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan.
Ya segalanya itu
kerana sedang mengalami kejadian yang aneh-aneh.
7.Hidup di dalam zaman edan (gila), memang kacau.
Akan mengikuti tidak sampai hati, tetapi kalau tidak
mengikuti geraknya zaman tidak mendapat apapun juga.
Akhirnya dapat menderita kelaparan.
Namun sudah menjadi kehendak Tuhan.
Bagaimanapun jua
walaupun orang yang lupa itu bahagia
namun masih lebih bahagia lagi
orang yang senantiasa ingat dan waspada.
8.Ya segalanya itu
sebenarnya disebabkan keinginan hati.
Betul bukan ?
Memang benar
kalau ada yang mengatakan demikian.
Namun sebenarnya didalam hati kacau juga.
Sekarang sudah tua, apa pula yang dicari.
Lebih baik menyepi diri
agar mendapat ampunan dari Tuhan.
9.Lain lagi
bagi yang sudah kuat.
Mendapat rahmat Tuhan.
Bagaimanapun
nasibnya selalu baik.
Tidak perlu bersusah payah
tiba-tiba mendapat anugerah.
Namun demikian
masih juga berikhtiar.
10.Apapun dilaksanakan.
Hanya membuat kesenangan
pokoknya tidak menimbulkan persoalan.
Agaknya ini sesuai dengan petua yang mengatakan
bahawa manusia itu wajib ikhtiar,
hanya perlu memilih jalan yang baik.
Bersamaan dengan usaha tersebut
juga harus awas dan waspada
agar mendapat rahmat Tuhan.
11.Ya Allah ya Rasulullah,
yang bersifat pemurah dan pengasih,
mudah-mudahan memberi pertolongan
kepada hambamu
pada saat-saat menjelang akhir ini.
Sekarang kami telah tua,
akhirnya nanti bagaimana.
Hanya Tuhanlah
yang mampu menolong kami.
12. Mudah-mudahan
kami dapat sabar dan sentosa,
seolah-olah dapat mati di dalam hidup.Lepas dari kekacauan
serta jauh dari angkara kemurkaan.
Biarkanlah kami hanya memohon kurnia pada MU
agar mendapat keampunan sekadarnya.
Kemudian kami serahkan
jiwa dan raga kami.
terima kasih sumber:
http://cahpamulang.blogspot.com/2008/02/r-ng-ronggowarsito-serat-kalatida.html
Sinom
1. Mangkya darajating praja
Kawuryan wus sunyaturi
Rurah pangrehing ukara
Karana tanpa palupi
Atilar silastuti
Sujana sarjana kelu
Kalulun kala tida
Tidhem tandhaning dumadi
Ardayengrat dene karoban rubeda
2.Ratune ratu utama
Patihe patih linuwih
Panekare becik-becik
Paranedene tan dadi
Paliyasing Kala Bendu
Mandar mangkin andadra
Rubeda angrebedi
Beda-beda ardaning wong saknegara
3. Katetangi tangisira
Sira sang paramengkawi
Kawileting tyas duhkita
Katamen ing ren wirangi
Dening upaya sandi
Sumaruna angrawung
Mangimur manuhara
Met pamrih melik pakolih
Temah suka ing karsa tanpa wiweka
4. Dasar karoban pawarta
Bebaratun ujar lamis
Pinudya dadya pangarsa
Wekasan malah kawuri
Yan pinikir sayekti
Mundhak apa aneng ngayun
Andhedher kaluputan
Siniraman banyu lali
Lamun tuwuh dadi kekembanging beka
5. Ujaring panitisastra
Awewarah asung peling
Ing jaman keneng musibat
Wong ambeg jatmika kontit
Mengkono yen niteni
Pedah apa amituhu
Pawarta lolawara
Mundhuk angreranta ati
Angurbaya angiket cariteng kuna
6. Keni kinarta darsana
Panglimbang ala lan becik
Sayekti akeh kewala
Lelakon kang dadi tamsil
Masalahing ngaurip
Wahaninira tinemu
Temahan anarima
Mupus pepesthening takdir
Puluh-Puluh anglakoni kaelokan
7. Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Milu edan nora tahan
Yen tan milu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Ndilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lawan waspada
8. Semono iku bebasan
Padu-padune kepengin
Enggih mekoten man Doblang
Bener ingkang angarani
Nanging sajroning batin
Sejatine nyamut-nyamut
Wis tuwa arep apa
Muhung mahas ing asepi
Supayantuk pangaksamaning Hyang Suksma
9.Beda lan kang wus santosa
Kinarilah ing Hyang Widhi
Satiba malanganeya
Tan susah ngupaya kasil
Saking mangunah prapti
Pangeran paring pitulung
Marga samaning titah
Rupa sabarang pakolih
Parandene maksih taberi ikhtiyar
10.Sakadare linakonan
Mung tumindak mara ati
Angger tan dadi prakara
Karana riwayat muni
Ikhtiyar iku yekti
Pamilihing reh rahayu
Sinambi budidaya
Kanthi awas lawan eling
Kanti kaesthi antuka parmaning Suksma
11.Ya Allah ya Rasulullah
Kang sipat murah lan asih
Mugi-mugi aparinga
Pitulung ingkang martani
Ing alam awal akhir
Dumununging gesang ulun
Mangkya sampun awredha
Ing wekasan kadi pundi
Mula mugi wontena pitulung Tuwan
12.Sageda sabar santosa
Mati sajroning ngaurip
Kalis ing reh aruraha
Murka angkara sumingkir
Tarlen meleng malat sih
Sanityaseng tyas mematuh
Badharing sapudhendha
Antuk mayar sawetawis
BoRONG angGA saWARga meSI marTAya
==========================================
terima kasih sumber:
TENTANG PUJANGGA R. Ng. Ronggowarsito
R. Ng. Ronggowarsito terlahir dengan nama kecil Bagus
Burham pada tahun 1728 J atau 1802 M, putra dari RM.
Ng. Pajangsworo. Kakeknya, R.T. Sastronagoro yang
pertama kali menemukan satu jiwa yang teguh dan bakat
yang besar di balik kenakalan Burham kecil yang
memang
terkenal bengal. Sastronagoro kemudian mengambil
inisiatif untuk mengirimnya nyantri ke Pesantren
Gebang Tinatar di Ponorogo asuhan Kyai Kasan Besari.
Menjelang dewasa (1813 Masehi), ia pergi berguru
kepada Kyai Imam Besari dipondok Gebang Tinatar.
Tanggung jawab selama berguru itu sepenuhnya
diserahkan pada Ki Tanudjaja. Ternyata telah lebih
dua
bulan, tidak maju-rnaju, dan ia sangat ketinggalan
dengan teman seangkatannya. Disamping itu, Bagus
Burham di Panaraga mempunyai tabiat buruk yang berupa
kesukaan berjudi. Dalam tempo kurang satu tahun bekal
500 reyal habis bahkan 2 (dua) kudanyapun telah
dijual. Sedangkan kemajuannya dalam belajar belum
nampak., Kyai Imam Besari menyalahkan Ki Tanudjaja
sebagai pamong yang selalu menuruti kehendak Bagus
Burham yang kurang baik itu. Akhirnya Bagus Burham
dan
Ki Tanudjaja dengan diam-diam menghilang dari Pondok
Gebang Tinatar menuju ke Mara. Disini mereka tinggal
di rumah Ki ngasan Ngali saudara sepupu Ki Tanudjaja.
Menurut rencana, dari Mara mereka akan menuju ke
Kediri, untuk menghadap Bupati Kediri Pangeran
Adipati
cakraningrat. Namun atas petunjuk Ki Ngasan Nga1i,
mereka berdua tidak perlu ke Kediri, melainkan cukup
menunggu kehadiran Sang Adipati Cakraningrat di
Madiun
saja, karena sang Adi pati akan mampir di Madiun
dalam
rangka menghadap ke Kraton Surakarta.
Mas Rangga Panjanganom melaksanakan pernikahan dengan
Raden Ajeng Gombak dan diambil anak angkat oleh Gusti
panembahan Buminata. Perkawinan dilaksanakan di
Buminata. Saat itu usia Bagus Burham 21 tahun.
Setelah
selapan (35 hari) perkawinan, keduanya berkunjung ke
Kediri, dalam hal ini Ki Tanudjaja ikut serta.
Setelah
berbakti kepada mertua, kemudianBagus Burham mohon
untuk berguru ke Bali yang sebelumnya ke Surabaya.
Demikian juga berguru kepada Kyai Tunggulwulung di
Ngadiluwih, Kyai Ajar Wirakanta di Ragajambi dan Kyai
Ajar Sidalaku di Tabanan-Bali. Dalam kesempatan
berharga itu, beliau berhasil membawa pulang beberapa
catatan peringatan perjalanan dan kumpulan
kropak-kropak serta peninggalan lama dari Bali dan
Kediri ke Surakarta.
Setelah neneknya RT. Sastranegara wafat pada tanggal
21 April 1844, R.Ng. Ranggawarsita diangkat menjadi
Kaliwon Kadipaten Anom dan menduduki jabatan sebagai
Pujangga keraton Surakarta Hadiningrat pada tahun
1845. Pada tahun ini juga, Ranggawarsita kawin lagi
dengan putri RMP. Jayengmarjasa. Ranggawarsita wafat
pada tahun 1873 bulan Desember hari Rabu pon tanggal 24.